Petani Padi Daerah Lain Bergembira, Kades dan Petani Padi Di Kedaung Seragi Malah Mengeluh dan Menangis

166

KADES KEDAUNG: “Ini semua akibat gunakan bibit padi Invari 32. Padi Yang Ditanam Mengalami rubuh batang sebelum waktunya panen”

SERAGI- Jika petani padi di daerah lain sedang bergembira ria dan sedang bersukacita, karena tanaman padinya dapat dipanen dengan sempurna. Berbeda, dengan petani padi di Desa Kedaung Seragi, Lampung Selatan. Petani padi di desa ini, terpaksa harus menangis dan bersedih. Hal ini, lantaran tanaman padi yang ditanam warga di desa itu, alami rubuh batang sebelum waktunya masuk masa panen.

Keluhan dan kesedihan yang dialami warga Kedaung Seragi itu, terungkap ketika rombongan media ini berkunjung ke desa itu. Diungkapkan Edy, Kades Kedaung ke para awak media. Dirinya dan warga hanya bisa pasrah terhadap permasalahan pertanian yang dialami di Desa Kedaung ini. Pengakuan Kades Kedaung Edy bahwa, tanaman padi yang di tanam warga mengalami rubuh batang sebelum masuk waktunya panen.

“Jika batang padi yang rubuh itu dibiarkan selama tiga sampai empat hari saja, tentunya bulir padi yang belum siap untuk di panen akan busuk, dan sudah pasti akan mengalami gagal panen,” keluh Kades Kedaung Edy, saat berjumpa media ini di lokasi Sragi Fair, Jumat (17-5-2024).

Menurut Edy, upaya penyelamatan padi yang rubuh batang, sudah dilakukan sebisa mungkin dengan cara manual dan tradisional. Yakni, dari tiga sampai empat rumpun padi diikat menjadi satu, lalu ditopang dengan kayu agar bisa berdiri lagi.

“Cara ini memang tidak efektif dan biaya cukup besar. Tapi, hanya itulah yang bisa kami lakukan untuk selamatkan padi kami,” pungkasnya pasrah, seraya mengkalkulasi jika untuk mengikat padi dengan mengupah tenaga orang lain sebesar Rp. 100 ribu per orang, maka berapa biaya tambahan yang harus kami keluarkan untuk nengikat satu hektar sawah.

“Begitu pula dibutuhkan, berapa orang per hektar untuk mengikat padi, agar cepat rampung. Sebab, jika lebih dari tiga atau empat hari saja, maka sudah pasti padi akan busuk dan gagal panen,” katanya. Contohkan untuk sawah saya, seluas 3 ha, saya kerahkan 10 orang. . “Coba, apa gak pada menangis petani di desa kami ini,” tambah Kades Edy.

Kesempatan itu, Edy pun menceritakan awal mula terjadinya masalah rubuh batang tersebut. Awalnya, kami gunakan bibit padi muncul dan masalah seperti ini tak pernah terjadi. Hanya saja, waktu panennya lebih lana, 4 bulan baru panen. Lalu, kami rubah bibitnya dengan gunakan bibit Invari 32. “Panen lebih cepat, waktunya 3 bulan. Jadi, setahun bisa 3 kali panen dan berasnya juga bagus,” kata Edy.

Akan tetapi, kata Edy lagi, setelah masuk musim hujan ternyata batang padi tidak tahan dan mudah rubuh. “Inilah, masalah terbesar yang dialami warga kami disini,” ucapnya, seraya berharap adanya bantuan pemerintah daerah dari ancaman gagal panen dan kerugian besar, akibat menggunakan bibit padi Invari 32. (asof)