Kinerja Guru Menurun? SMKN 2 Kalianda Soroti Beban Tugas dan Program Makan Bergizi (MBG)

66

KALIANDA, 23 September 2025 – Dalam pengamatan terkini di SMKN 2 Kalianda, terlihat adanya penurunan performa kinerja guru dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Humas SMKN 2 Kalianda, Bapak Feriyansyah, dalam wawancara di ruang kerjanya pada Senin, 22 September 2025.

Menurut Feriyansyah, salah satu penyebab menurunnya semangat dan kinerja guru adalah karena penghapusan tugas tambahan yang selama ini menjadi bagian dari tanggung jawab dan dedikasi para pendidik. Tugas seperti menjadi wali kelas, wakil kepala sekolah, kepala jurusan (kajur), hingga pembina kegiatan sebelumnya dijalankan dengan tambahan insentif transportasi, namun kini dipertanyakan kembali nilainya.

“Guru ini 24 jam diwajibkan dan digaji oleh negara, namun ketika semua tugas tambahan itu dihapuskan atau tidak diperjelas kompensasinya, tentu berpengaruh terhadap semangat kerja. Apalagi rata-rata guru di sini sudah S1 bahkan S2, jadi kami berharap agar kebijakan ini bisa ditinjau ulang,” tegas Feriyansyah.

Selain soal tugas tambahan guru, Feriyansyah juga menyoroti pelaksanaan Program Makan Bergizi (MBG) yang saat ini sudah berjalan selama dua minggu di SMKN 2 Kalianda. Program yang bertujuan memberikan asupan gizi kepada siswa ini justru dinilai kurang efektif dalam pelaksanaannya.

“Kami melihat sendiri, banyak siswa yang tidak mengonsumsi makanan yang disediakan. Bukan karena tidak cukup bergizi, tapi karena kurang sesuai selera atau bosan. Akhirnya banyak makanan yang mubazir,” ungkapnya.

Feriyansyah menyarankan agar jika alokasi anggaran per porsi makan adalah Rp15.000, maka akan lebih bijak jika dana tersebut diberikan langsung kepada siswa dalam bentuk uang tunai.

Program MBG juga dianggap menyita waktu belajar dan menambah beban kerja guru serta tenaga tata usaha. Di SMKN 2 Kalianda, yang memiliki 1.254 siswa dalam 36 kelas, pembagian makanan membutuhkan waktu hampir satu jam pelajaran penuh, karena tidak hanya membagikan, tetapi juga harus mengumpulkan kembali wadah makan setelah selesai.

“Pembagian makanan ini sering terlambat datang, sehingga kami harus melibatkan banyak tenaga, termasuk guru, yang semestinya fokus pada proses belajar mengajar. Hal ini menjadi perhatian kami karena bisa berdampak pada kualitas pendidikan,” tambah Feriyansyah.

Pihak sekolah berharap agar ada evaluasi menyeluruh terhadap program-program yang diterapkan di sekolah, baik yang terkait langsung dengan tugas guru maupun kebijakan seperti MBG. Tujuannya agar tidak hanya memenuhi standar administratif, tetapi juga benar-benar efektif dan tidak membebani pihak sekolah secara berlebihan.

Dengan munculnya berbagai dinamika di lapangan, Feriyansyah menegaskan bahwa sekolah tetap mendukung kebijakan pemerintah, namun berharap agar masukan dari pelaksana di lapangan juga didengar dan dipertimbangkan demi tercapainya kualitas pendidikan yang maksimal. (Syarif/Editor: Sas)