Bantah Dana Untuk Bayar Gajih Guru Habis Terpakai Judi Online, Kepsek Junaidi Ceritakan Pedihnya Perjuangan Menjalankan KBM di MI Al-Iklas Bakauheni

86

KALIANDA- Adanya informasi masuk ke redaksi ini, terkait adanya dugaan dana yang diperuntukan membayar gajih para guru MI Al-Iklas Bakauheni Lampung Selatan, sudah habis digunakan untuk bermain judi online jenis slot oleh Kepala Sekolah, dibantah Kepsek MI Al-Iklas Junaidi. Akibat itu, para guru yang tak mendapatkan gajih, melakukan aksi protes mogok mengajar. Dari informasi yang diterima redaksi ini, para guru yang mogok mengajar itu, lantaran sudah empat bulan tidak mendapatkan gajih dari pihak sekolah. Guna mendapatkan kebenaran informasi itu, redaksi ini mengklarifikasi langsung dengan menemui Kepsek MI Al-Iklas Junaidi. Ditemui sekolahannya, Kepsek Juneidi membantah jika dana untuk membayar gajih para guru itu terpakai habis karena judi online. “Tidak bener, informasi itu pak, gajih guru disini bukan tidak dibayar tapi tertunda. Itu pun hanya tertunda untuk gajih sebulan saja, bukan empat bulan seperti yang bapak sampaikan ke saya,” jelas Juneidi, ditemui Selasa siang (16-9-2024).

Kepsek sedang tunjukan ruangan sekolah yang terbakar, pada tanggal 19 Agustus 2024, jam 16.00 WIB

Menurut Kepsek MI Al-Iklas Bakauheni ini, penundaan pembayaran gajih guru di sekolah ini, dikarenakan dana pembayaran SPP siswa banyak yang belum masuk (siswa belum pada bayar SPP). “Begitu pula untuk dana Bos belum ada pencairan, sedangkan dana SPP yang ada di kas, sudah digunakan untuk membayar tukang yang bekerja merapihkan gedung pasca musibah kebakaran pada tanggal 19 Agustus lalu. Jadi, gak bener jika dana untuk bayar gajih guru terpakai untuk judi online. Ini fitnah ke saya, apalagi saya gak pernah dan gak ngerti cara main judi online,” jelas Juneidi, seraya meminta media untuk meluruskan informasi yang tidak benar tersebut. Meski begitu, Kepsek Junaidi mengaku ke media ini mengetahui jenis jenis permainan judi online.

Begitu juga untuk para guru yang mogok tidak mengajar, itu tidak benar semua guru tapi hanya ada tiga guru saja yang tidak mengajar. “Nanti, guru yang tidak mengajar itu akan saya panggil untuk saya minta kejelasannya tidak masuk kerja,” sebut Kepsek Junaidi. Seharusnya, lanjut Junaidi, para guru yang mengajar di MI ini harus bersyukur karena gajih yang diberikan cukup besar kisaran 500-600 per bulannya. “Dan, bertahun tahun berdiri sekolah ini, baru kali ini tertunda pembayaran gajihnya. Itu pun, hanya tertunda sebulan. Dan penundaan pembayaran gajih guru itu dikarenakan, sekolah ini baru saja dapat musibah kebakaran,” jelasnya. Menurut Kepsek, akibat musibah kebakaran, sekolahan ini cukup banyak mengalami kerugian hingga totalnya mencapai 94 jutaan. Rinciannya, lanjut Kepsek, akibat kebakaran ada sebanyak 2 unit lektop, satu komputer, dana kas 35 juta, dan berkas berkas penting hangus terbakar. Sedangkan penyebab kebakaran akibat konsleting listrik, dan ruangan yang terbakar itu adalah ruang TU, ruang Kepsek, dan ruang guru. “Saya berharap, pihak terkait dapat berikan bantuan pemulihan agar kondisi KBM di sekolah ini kembali pulih,” harap Junaidi.

Meski kondisi keuangan dan keadaan sekolah ini belum pulih dari pasca kebakaran pada tanggal 19 Agustus lalu, saya sebagai Kepsek tetap tanggung jawab untuk keberlangsungan kegiatan belajar mengajar disekolah ini. “Saya, pastikan kegiatan belajar siswa tetap berjalan seperti biasa,” kata Kepsek MI Al-Iklas Junaidi ke media ini.

Kesempatan itu, Kepsek MI Al-Iklas Junaidi memceritakan sekilas perjalan sejarah sekolah tersebut. Sekolah ini mulai berjalan, lanjut Junaidi, sejak tahun 2004. Pada saat itu, bangunan sekolah ini sudah banyak yang rapuh dan murid pun hanya ada 7 siswa. “Pedihnya lagi, saya untuk membeli kapur untuk mengajar harus mencari uang dulu dengan cara mengojek. Ini belum termasuk perjuangan yang melelahkan menanamkan kepercayaan ke para wali murid agar mau menyekolahkan anaknya disekolah ini,” ucap Junaidi, sambil mengatakan sejarah ini harus saya ceritakan agar para guru yang mengajar di sekolah ini memahami, bahwa betapa beratnya perjuangan untuk membangun sekolah ini hingga seperti saat ini. Lalu, sedikit sedikit sekolahan ini mulai dapat kepercayaan wali murid, hingga akhirnya lahan sekolah ini diperluas dan muridnya semakin banyak. (asof)